cover
Contact Name
Wahyu Wiji Astuti
Contact Email
ahyu_wiji@yahoo.com
Phone
+6281375372028
Journal Mail Official
wahyu_wiji@yahoo.com
Editorial Address
Medan tembung
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
BAHAS
ISSN : 24427594     EISSN : 24427594     DOI : https://doi.org/10.24114/bhs.v32i1
Jurnal BAHAS memuat kajian-kajian tentang bahasa, sastra, seni dan budaya. Jurnal ini dikelola oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Medan.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 31, No 3 (2020): BAHAS" : 7 Documents clear
RAGAM BAHASA PRANCIS (REGISTRES DE LANGUE EN FRANÇAIS) Pengadilen Sembiring
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20197

Abstract

AbstrakDalam bahasa Prancis terdapat 4 jenis ragam bahasa yang dikenal dengan istilah Registres de langue. Keempat jenis ragam bahasa (registres de langue) tersebut antara lain registre soutenu, registre courant, registre familier, registre populaire. Disebabkan oleh perbedaan dari setiap jenis ragam bahasa tersebut, maka setiap pembelajar bahasa Prancis harus menggunakannya dengan tepat dan sesuai dengan konteks dan tujuan komunikasi. Pemilihan ragam bahasa yang tepat dan sesuai konteks dalam berkomunikasi baik secara lisan mapun tulisan, merupakan hal yang sering diabaikan. Padahal, berbagai masalah komunikasi dapat ditimbulkan oleh kesalahan ragam bahasa (registres de langue) yang digunakan. Masalah-masalah berbahasa tersebut antara lain kesalahan dalam memahami isi sebuah teks, konflik komunikatif bahkan penilaian buruk dari orang lain. Berangkat dari hal tersebut, melalui artikel ini, penulis ingin memaparkan secara terperinci tentang jenis dan konteks penggunaan ragam bahasa Prancis tersebut.  Kata kunci : Ragam bahasa, registres de langue
TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH WANITA DALAM NOVEL LA FIANCÉE ÉTAIT À DOS D’ÂNE Icha Priliskha Yunisty; Yuliarti Mutiarsih
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20270

Abstract

AbstractThis research aims to explain the act of illocutionarry in the novel entitled La Fiancée Était À Dos d’Âne by Vénus Khoury-Ghata. The research questions discussed in this research are thow to characterize the female characters in that novel, then what type of act of illocutionarry found in female speech in that novel. The method used in this research is descriptive-qualitative, by analyzing data contained in the dialogues. The results explain that there are nine females characters which Yudah as a main character has a representation of a strong, friendly, patient, and innocent, and the others as the supporting characters. The data shows that as many as 25. The data shows that as much as 51% for representative speech acts with the speech function as explaining, contradicting, thinking, informing, confessing, defending, criticizing, and expressing. 41% for directive speech acts with speech functions as asking, asking, inviting, obliging, advising, ordering, prohibiting. Commissive speech acts cover 4% with the speech function as promising and offering. Expressive with a speech function of hope and declarative with a speech function of baptizing has respectively 2%. Keynote: illocutionarry speech act, female character, novel AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tindak tutur ilokusi pada novel La Fiancée Était À Dos d’Âne karya Vénus Khoury-Ghata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter tokoh wanita di dalam novel, dan jenis tindak tutur ilokusi apa yang ditemukan dalam tuturan tokoh wanita pada novel tersebut. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat 9 tokoh wanita, Yudah sebagai tokoh utama mempresentasikan seorang gadis yang tangguh, ramah, sabar, dan lugu. Kemudian data menunjukkan bahwa sebanyak 51% untuk tindak tutur representatif dengan fungsi tuturan sebagai menjelasan, pertentangan, berpikir, menginformasikan, mengaku, mempertahankan, mengkritik, dan mengutarakan. 41% untuk tindak tutur direktif dengan fungsi tuturan sebagai menanyakan, meminta, mengajak, mewajibkan, menasehati, menyuruh, melarang. Tindak tutur komisif mencakup 4% dengan fungsi tutur sebagai menjanjikan, dan menawarkan. Ekspresif dengan fungsi tutur harapan maupun deklaratif dengan fungsi tutur membaptis masing-masing sebanyak 2%.Kata kunci: ilokusi, tokoh wanita, novel.
PENERJEMAHAN PUISI “AUS DEM TAGEBUCH DER EHE” Siti Kudriyah
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20198

Abstract

ABSTRAK Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan melalui struktur semantis. Makna lah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Dengan demikian seorang penerjemah akan dihadapkan dengan berbagai masalah makna yaitu makna leksikal, gramatikal,kontekstual, tekstual dan juga kultural. Menerjemahkan puisi tentulah tidak mudah, karena puisi merupakan bentuk karya sastra yang mempunyai ciri khusus, yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna. Hasil terjemahan yang dihasilkan harus menjadi teks berbentuk puisi, yang memenuhi syarat  irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait.Salah satu strategi yang dapat diterapkan menyatakan bahwa modulasi. Dengan modulasi,padanan makna disusun secara semantik dengan sudut pandang berbeda,tetapi dalam konteks yang bersangkutan memberikan pesan/ maksud yang sama.Modulasi dapat diterapkan dalam menerjemahkan kata, frase atau kalimat, jika penerjemahan kata - kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes. Kata kunci: Modulasi, Strategi Penerjemahan
STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK BAHASA MANDARIN (Analisis X-Bar) Devi Alvionita Alindra
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20199

Abstract

AbstractThis study aims to explain the functional categories that apply to Chinese compound sentences and to explain the structure of Chinese compound sentences. The method used in this research is qualitative method. The findings in this study are that the complementary and conjunction functional categories have characteristics that must be present in every compound sentence in Chinese. Chinese compound sentences are grouped into two types, namely coordinative and subordinative compound sentences. Chinese coordinative compound sentence structure is: Spes + I + Pm + Komp + Pm + Komp; Komp + Spes + I + Pm + Komp; Spes + I + Komp + Spes + I + Pm + Komp; Spes + I + Komp + Pm + Komp; while the Chinese subordinative compound sentence structure is: Spes + I + Komp + Pm + Spes + I + Komp; Spes + I + Pm + Komp + Pm + Komp; Pm + Komp + Spes + I + Pm + Komp; Pm + Komp + Spes + I + Komp; Spes + I + Pm + Komp + Spes + I + Komp; Pm + Spes + I + Komp + Pm + Komp.Keywords: functional categories, Chinese compound sentence structure, x-bar theory. Abstrak                Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan kategori fungsional yang berlaku pada kalimat majemuk bahasa Mandarin dan untuk menjelaskan struktur kalimat majemuk bahasa Mandarin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Temuan dalam penelitian ini yakni kategori fungsional komplemen dan konjungsi/pemerlengkap memiliki sifat yang wajib hadir pada setiap kalimat majemuk bahasa Mandarin. Kalimat majemuk bahasa Mandarin dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif dan subordinatif. Struktur kalimat majemuk koordinatif bahasa Mandarin yaitu: Spes+I+Pm+Komp+Pm+Komp;Komp+Spes+I+Pm+Komp;Spes+I+Komp+Spes+I+Pm+Komp;Spes+I+Komp+Pm+Komp; sedangkan struktur kalimat majemuk subordinatif bahasa Mandarin yaitu:Spes+I+Komp+Pm+Spes+I+Komp;pes+I+Pm+Komp+Pm+Komp;Pm+Komp+Spes+I+Pm+Komp;Pm+Komp+Spes+I+Komp;Spes+I+Pm+Komp+Spes+I+Komp;Pm+Spes+I+Komp+Pm+Komp.                                                                            Kata Kunci: kategori fungsional, struktur kalimat majemuk bahasa Mandarin, teori x-bar.
CONJUNCTION OF GRAMMATICAL COHESION IN SPEECH TEXT Stivani Ismawira Sinambela; Nur Lela; Tengku Thyrhaya Zein
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20200

Abstract

AbstractCohesion of a discourse is divided into two aspects, namely grammatical cohesion and lexical cohesion. In this study what will be examined is grammatical cohesion, especially the conjunction of grammatical cohesion. This study aims to identify the forms of the conjunction of grammatical cohesion in the text of the speech of German Prime Minister Angela Merkel. This research is a qualitative research. The design in this study is content analysis with descriptive characteristics, namely the presentation of data based on the object of research. The results showed that the language elements in the form of words, phrases, clauses and sentences as part of the reference of two sentences in pairs to find out the cohesive relationship was evenly distributed. The percentage of the use of grammatical cohesion in the aspect of conjunction includes (1) additive conjunction (combined) is 153 findings or 45%; (2) causal conjunctions (cause) is 89 findings or 26%; (3) adversative conjunctions (contradictions) is 66 findings or 19%; (4) temporal conjunctions (time) is 35 findings or 10%. The data shows that additive conjunction is the most dominant type of conjunction used in Angela Merkel's text. Keywords: Grammatical Cohesion, Conjunction, Speech Text, Angela Merkel. 
PENDEKATAN SINTAGMATIK PARADIGMA DALAM KAJIAN BAHASA Zainuddin Zainuddin
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20196

Abstract

Abstract This study discusses the syntagmatic and paradigmatic phenomena in language studies. In other words, this study is a syntagmatic and paradigmatic relation in language studies. The syntagmatic and paradigmatic relations are based on 2 (two) aspects of language phenomena, namely 1. Intralinguistic aspects and 2. Extralinguistic aspects. In the intralinguistic aspects of syntagmatic and paradigmatic relations, language units are analyzed at the phonological, morphological, and syntactic levels. Whereas in extralinguistic analysis the syntagmatic and paradigmatic meanings of phonological internal units of the word (phoneme) and segmentation of morphological units in morphological processes (morpheme and afix) in syntactic units. In other words, syntagmatic and paradigmatic ideas (notion) linked to lingual elements or units of language can be distinguished that in a syntagmatic and paradigmatic process where syntagmatic relations are horizontal (semantic) meanings. Whereas the paradigmatic relation is a form relation or vertical relation. With the understanding that the syntagmatic relationship is the representation relationship (horizontal) and the inabsentia relationship is the vertical relationship. Keywords: syntagmatic, paradigmatic, language. Abstrak Kajian ini membahas tentang fenomena sintagmatik dan paradigmatic dalam kajian bahasa. Dengan kata lain kajian ini merupakan relasi sintagmatik dan paradigmatik dalam kajian bahasa. Relasi sintagmatik dan paradigmatik berdasarkan pada 2 (dua) aspek fenomena bahasa yaitu 1. Aspek intralinguistik dan 2. Aspek ekstralinguistik. Pada aspek intralinguistik relasi sintagmatik dan paradigmatik dianalisis satuan-satuan bahasa pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan pada ekstralinguistik dianalisis makna sintagmatik dan paradigmatik pada satuan-satuan internal kata secara fonologis (fonem) dan segmentasi atas satuan morfologis dalam proses morfologis (morfem dan afix) dalam satuan sintaksis. Dengan kata lain, gagasan (notion) sintagmatik dan paradigmatik yang ditautkan dengan unsur-unsur atau satuan lingual kebahasaan dapat dibedakan bahwa  dalam proses sintagmatik dan paradigmatik dimana relasi sintagmatik adalah relasi makna (semantik) secara horizontal. Sedangkan relasi paradigmatik adalah relasi bentuk atau relasi vertikal. Dengan pengertian bahwa hubungan sintagmatik adalah hubungan inpresentia (horizontal) dan hubungan inabsentia yaitu hubungan vertikal.Kata kunci: sintagmatik, paradigmatik, bahasa.
PEMAKAIAN JARI-JARI TANGAN SEBAGAI KODE ISYARAT PEMBERITAHUAN NADA DASAR (AKOR POKOK/PRIMER) DAN TINGKATAN AKOR (KADENS) PADA SUATU TANGGA NADA DIATONIK (KROMATIK) DALAM MENGIRINGI SEBUAH NYANYIAN (LAGU) BAGI PARA PENYANYI/PEMUSIK ENTERTAINMENT Danny Ivanno Ritonga
BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v31i3.20201

Abstract

“Live music" itu adalah pagelaran musik secara langsung. Kata “live" ini digunakan untuk menjelaskan keadaan suatu hal (kata “live" adalah kata kerja/verb, sehingga merupakan bentuk aksi dari sebuah subjek dalam kalimat). Live music bisa membangun mood jadi lebih enak dan nyaman. Tapi, selama sound-nyanggak terlalu menggelegar heboh. Kalau terlalu keras, malah nggak nyaman.Musik merupakan media yang sangat efisien sebagai sarana penghibur jiwa. Selama musik tersebut masih bisa dianggap indah dan sudah pasti musik itu bisa menghibur. Salah satu contohnya ketika seseorang sedang bosan, mereka bisa saja menggunakan musik sebagai media penghibur dan menghilangkan rasa lelah mereka. Dalam mengiringi/memainkan atau menyanyikan sebuah lagu tidaklah mudah jika tidak dibarengi dengan pengetahuan yang mumpuni akan musik itu sendiri. Karena sangat besar kemungkinan bagi kita sebagai pemusik dan penyanyi akan menerima permintaan/request lagu yang tidak kita ketahui. Oleh karena itu, dibutuhkan “kode isyarat” sebagai patokan dalam mengisyaratkan nada dasar hingga akor-akor yang ada pada sebuah lagu tersebut. Kata Kunci : Live Music, Band, Music Entertainment, Tangga Nada, Akor (Chord),

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 34, No 1 (2023): BAHAS Vol 33, No 4 (2022): BAHAS Vol 33, No 3 (2022): BAHAS Vol 33, No 2 (2022): BAHAS Vol 33, No 1 (2022): BAHAS Vol 32, No 4 (2021): BAHAS Vol 32, No 3 (2021): BAHAS Vol 32, No 2 (2021): BAHAS Vol 32, No 1 (2021): BAHAS Vol 31, No 4 (2020): BAHAS Vol 31, No 3 (2020): BAHAS Vol 31, No 2 (2020): BAHAS Vol 31, No 1 (2020): BAHAS Vol 30, No 4 (2019): BAHAS Vol 30, No 3 (2019): BAHAS Vol 30, No 2 (2019): BAHAS Vol 30, No 1 (2019): BAHAS Vol 29, No 4 (2018): BAHAS Vol 29, No 3 (2018): BAHAS Vol 29, No 2 (2018): BAHAS Vol 29, No 1 (2018): BAHAS Vol 28, No 4 (2017): BAHAS Vol 28, No 3 (2017): BAHAS Vol 28, No 2 (2017): BAHAS Vol 28, No 1 (2017): BAHAS Vol 27, No 4 (2016): BAHAS Vol 27, No 3 (2016): BAHAS Vol 27, No 2 (2016): BAHAS Vol 27, No 1 (2016): BAHAS Vol 26, No 4 (2015): BAHAS Vol 26, No 3 (2015): BAHAS Vol 26, No 2 (2015): BAHAS Vol 26, No 1 (2015): BAHAS Vol 25, No 4 (2014): BAHAS Vol 25, No 3 (2014): BAHAS No 89 TH XL (2014): BAHAS No 86 TH 39 (2013): BAHAS No 85 TH 39 (2013): BAHAS No 85 TH 37 (2012): bahas No 84 TH 38 (2012): BAHAS No 83 TH 38 (2011): BAHAS No 82 TH 38 (2011): BAHAS No 81 TH 38 (2011): BAHAS No 80 TH 38 (2011): BAHAS No 80 TH 37 (2011): BAHAS No 79 TH 37 (2010): BAHAS No 78 TH 37 (2010): BAHAS No 77 TH 37 (2010): BAHAS No 76 TH 37 (2010): BAHAS No 75TH XXXVI (2009): BAHAS No 74TH XXXVI (2009): BAHAS No 73TH XXXVI (2009): BAHAS No 72TH XXXVI (2009): BAHAS No 69TH XXXV (2008): BAHAS No 65TH XXXIV (2007): JURNAL BAHAS More Issue